PERMAINAN
TRADISIONAL KARET “YEYE”
Permainan ini sudah tidak asing lagi
tentunya, karena permainan lompat tali ini bisa di temukan hampir di seluruh
indonesia meskipun dengan nama yang berbeda-beda. permainan lompat tali ini
biasanya identik dengan kaum perempuan. tetapi juga tidak sedikit anak
laki-laki yang ikut bermain.
salah satu nama permainan ini yaitu
permainan Tali Merdeka yang di kenal oleh masyarakat di propinsi RIAU dan
sekitarnya.
1.Asal Usul
Permainan Tali Merdeka adalah
sebutan untuk mereka yang tinggal di Provinsi Riau. Di daerah yang
masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang
disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet
yang tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku atau
perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada lompatan yang
terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali direnggangkan oleh
pemegangnya setinggi kepalan tangan yang diacungkan ke udara. Kepalan tangan
tersebut hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika
mengucapkan kata “merdeka”.
Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman penjajahan. Sebenarnya di daerah lain indonesia juga banyak di temukan permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misal dengan nama Lompat Tali, Lompatan, yeye, dll.
Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman penjajahan. Sebenarnya di daerah lain indonesia juga banyak di temukan permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misal dengan nama Lompat Tali, Lompatan, yeye, dll.
Lompat
tali atau "main karet" pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an
hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi favorit saat "keluar
main" di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sekarang, "main
karet" mulai dilirik kembali antara lain karena ada sekolah dasar
menugaskan murid-muridnya membuat roncean tali dari karet gelang untuk
dijadikan sarana bermain dan berolahraga.
2. Pemain
Pemain tali merdeka ini berjumlah
3--10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan
pelompat karet. Pada umumnya permainan ini dilakukan oleh kaum perempuan yang
masih berusia antara 7--15 tahun. Kaum perempuan yang telah berumur lebih dari
15 tahun biasanya akan segan untuk ikut bermain, karena takut auratnya akan
terlihat sewaktu melompati tali karet. Kalau pun ada yang ikut bermain,
biasanya hanya sebagai penggembira saja dan hanya melompat saat ketinggian tali
masih sebatas lutut atau pinggang. Sedangkan kaum laki-laki hanya kadang kala
saja ikut serta dalam permainan.
3. Tempat Permainan
Permainan ini tidak membutuhkan
tempat yang luas. Oleh karena itu, dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja,
seperti: di halaman sekolah (pada waktu istirahat) dan di halaman rumah.
4. Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam
permainan ini adalah karet-karet gelang yang dianyam memanjang. Cara
menganyamnya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet
lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3--4 meter. Karet-karet tersebut
berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional.
Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram,
ons, dan kilo).
Fungsi karet pada umumnya adalah
sebagai pengikat plastik-plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan
barang-barang lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet
akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda.
Oleh karena itu, sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan
dua buah karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak lekas
putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali-karet
dianyam dengan menyambungkan 3--4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi
semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.
5. Aturan Permainan
Permainan tali merdeka tergolong
sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika
pemain dapat melompati tali-karet tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat
hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu
melompat, pemain tersebut harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada
pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya.
Ada beberapa ukuran ketinggian tali
karet yang harus dilompati, yaitu: (1) tali berada pada batas lutut pemegang
tali; (2) tali berada sebatas (di) pinggang (sewaktu melompat pemain tidak
boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan menggantikan
posisi pemegang tali; (3) posisi tali berada di dada pemegang tali (pada posisi
yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat,
asalkan lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat); (4) posisi tali
sebatas telinga; (5) posisi tali sebatas kepala; (6) posisi tali satu jengkal
dari kepala; (7) posisi tali dua jengkal dari kepala; dan (8) posisi tali
seacungan atau hasta pemegang tali.
6. Proses Permainan
Sebelum permainan diadakan, terlebih
dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan
jalan gambreng dan suit.
Setelah semuanya siap, maka
satu-persatu pemain akan melompati tali dengan berbagai macam tahap ketinggian
yang telah disebutkan di atas. Pada ketinggian-ketinggian yang sebatas lutut
dan pinggang, umumnya para pemain dapat melompatinya, walaupun pada ketinggian
tersebut tali tidak boleh tersentuh tubuh pemain. Pada tahap ketinggian yang
sebatas dada hingga satu jengkal di atas kepala, mulai ada pemain yang merasa
kesulitan untuk melompatinya. Pergantian pemegang tali mulai banyak terjadi
pada saat ketinggian tali sebatas hingga dua jengkal di atas kepala. Tahap yang
paling sulit adalah ketika tali berada seacungan hasta pemegangnya. Pada tahap
ketinggian seperti ini, pada umumnya hanya pemain-pemain yang memiliki postur
tubuh yang tinggi dan atau sering bermain tali merdeka saja yang dapat
melompatinya. Agar mempermudah lompatan, pemain juga boleh melakukan gerakan
berputar menyamping, yang jika diamati akan nampak seperti perputaran baling-baling.
Gerakan berputar pada umumnya dilakukan oleh anak laki-laki. Selain berputar, pemain juga boleh memegang dan menurunkan tali terlebih dahulu sebelum melompat. Cara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak perempuan. Pemain yang telah berhasil melompati tali yang setinggi acungan tangan, akan menunggu pemain lain selesai melompat. Dan, setelah seluruh pemain berhasil melompat, maka tali akan diturunkan kembali sebatas lutut. Begitu seterusnya, hingga pemain merasa lelah dan berhenti bermain.
Gerakan berputar pada umumnya dilakukan oleh anak laki-laki. Selain berputar, pemain juga boleh memegang dan menurunkan tali terlebih dahulu sebelum melompat. Cara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak perempuan. Pemain yang telah berhasil melompati tali yang setinggi acungan tangan, akan menunggu pemain lain selesai melompat. Dan, setelah seluruh pemain berhasil melompat, maka tali akan diturunkan kembali sebatas lutut. Begitu seterusnya, hingga pemain merasa lelah dan berhenti bermain.
7. Nilai Budaya
Permainan yang disebut sebagai tali
merdeka ini mengandung nilai kerja keras, ketangkasan, kecermatan dan
sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha
agar dapat melompati tali dengan berbagai macam ketinggian. Nilai ketangkasan
dan kecermatan tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara tingginya
tali dengan lompatan yang akan dilakukannya. Ketangkasan dan kecermatan dalam
bermain hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering bermain dan atau berlatih
melompati tali merdeka. Sedangkan nilai sportivitas tercermin dari sikap pemain
yang tidak berbuat curang dan bersedia menggantikan pemegang tali jika
melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan.
Lompat
tali atau yeye ini sangat bermanfaat untuk perkembangan anak-anak seusia SD,
yaitu:
1.
Perkembangan Tubuh
Permainan yeye dapat menstimulasi motorik kasar. Bermanfaat agar fisik anak menjadi terampil melompat. Keterampilan melompat ini menjadikan anak-anak lebih cekatan, tangkas dan dinamis. Mereka tak kenal lelah, bagi mereka yang penting bermain dengan menyenangkan. Yeye menjadikan otot kuat dan dapat membantu mencegah obesitas pada anak.
Permainan yeye dapat menstimulasi motorik kasar. Bermanfaat agar fisik anak menjadi terampil melompat. Keterampilan melompat ini menjadikan anak-anak lebih cekatan, tangkas dan dinamis. Mereka tak kenal lelah, bagi mereka yang penting bermain dengan menyenangkan. Yeye menjadikan otot kuat dan dapat membantu mencegah obesitas pada anak.
2.
Perkembangan Emosional
Anak yang suka bermain lebih dewasa dan bertanggungjawab. Anak akan mengendalikan amarah dan rasa malunya. Di permainanan yeye ini membantu anak untuk berani melompat dengan ketinggian tertentu. Mental ini mengajarkan anak untuk berani menerima tantangan dan belajar melalui rintangan yang ada. Anak-anak juga akan belajar bersikap sabar, mengikuti aturan permainan dan kritis.
Anak yang suka bermain lebih dewasa dan bertanggungjawab. Anak akan mengendalikan amarah dan rasa malunya. Di permainanan yeye ini membantu anak untuk berani melompat dengan ketinggian tertentu. Mental ini mengajarkan anak untuk berani menerima tantangan dan belajar melalui rintangan yang ada. Anak-anak juga akan belajar bersikap sabar, mengikuti aturan permainan dan kritis.
3.
Perkembangan Sosial
Bermain yeye membutuhkan beberapa teman, setidaknya dua teman lain untuk saling memegang karet yang dijalin. Anak akan saling mengenal dan memahami karakter teman lainnya. Anak akan belajar menghargai dan menyesuaikan diri jika bertemu temannya yang bersikap penurut dan anak egois. Wawasan bersosialisasi ini sangat penting untuk kehidupan dewasanya kelak. Anak lebih pede dan tidak minder.
Bermain yeye membutuhkan beberapa teman, setidaknya dua teman lain untuk saling memegang karet yang dijalin. Anak akan saling mengenal dan memahami karakter teman lainnya. Anak akan belajar menghargai dan menyesuaikan diri jika bertemu temannya yang bersikap penurut dan anak egois. Wawasan bersosialisasi ini sangat penting untuk kehidupan dewasanya kelak. Anak lebih pede dan tidak minder.
4.
Perkembangan Moral
Dalam permainan yeye anak diajarkan untuk jujur. Sikap curang akan menjadikan anak terkucilkan. Temannya tak akan menyukai anak yang berbohong dan curang dalam permainan. Misalnya saat menghitung jumlah lompatan atau saat melompat tanpa menyentuh karet.
Dalam permainan yeye anak diajarkan untuk jujur. Sikap curang akan menjadikan anak terkucilkan. Temannya tak akan menyukai anak yang berbohong dan curang dalam permainan. Misalnya saat menghitung jumlah lompatan atau saat melompat tanpa menyentuh karet.
5.
Perkembangan Kepribadian
Permainan yeye ini menjadikan anak kaya pengalaman. Anak akan berlatih untuk mendapat pujian,ejekan, dimarahi,dipilih teman, dijauhi atau lainnya. Anak lebih tegar dalam menghadapi dunia luar dan tidak mudah menyerah.
Permainan yeye ini menjadikan anak kaya pengalaman. Anak akan berlatih untuk mendapat pujian,ejekan, dimarahi,dipilih teman, dijauhi atau lainnya. Anak lebih tegar dalam menghadapi dunia luar dan tidak mudah menyerah.
6.
Perkembangan Intelektual
Anak belajar menghitung dengan tepat, kapan saat melompat ketika tali diayunkan.
Permainan masa kecilku ini semoga dapat dilestarikan di SD lainnya. Permainan yang murah dan sehat. Tak perlu biaya banyak, anak menjadi bahagia. Semoga guru-guru mengenalkan permainan tradisional, sehingga tidak terlupakan di zaman cangih ini. Jangan lupa, permainan ini lebih cocok jika dilakukan di lapangan atau tempat terbuka ukuran tali yang tidak terlalu panjang atau pendek dan adanya variasi permainan saat melompat.
Anak belajar menghitung dengan tepat, kapan saat melompat ketika tali diayunkan.
Permainan masa kecilku ini semoga dapat dilestarikan di SD lainnya. Permainan yang murah dan sehat. Tak perlu biaya banyak, anak menjadi bahagia. Semoga guru-guru mengenalkan permainan tradisional, sehingga tidak terlupakan di zaman cangih ini. Jangan lupa, permainan ini lebih cocok jika dilakukan di lapangan atau tempat terbuka ukuran tali yang tidak terlalu panjang atau pendek dan adanya variasi permainan saat melompat.
Menurut DR. Anggani
Sudono, MA, lompat tali sudah bisa dimainkan semenjak anak usia TK. Jadi
sekitar 4-5 tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain
lompat tali dapat menutupi keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya
melompat. Tapi umumnya permainan ini memang baru populer di usia sekolah atau
sekitar usia 6 tahunan. Entah kenapa. Grafik kegemaran mereka akan lompat tali
ini akan menurun seiring bertambahnya usia. "Biasanya anak kelas 5-6 sudah
malu untuk main lompat tali karena orang dewasa di sekitarnya sering mencemooh,
'Kok sudah besar masih main lompat tali!' Padahal justru dengan semakin sering
anak-anak bermain lompat tali mereka akan semakin sigap dan terampil,"
ujar Anggani. Satu hal
yang disarankan anggota Badan Pengembangan Akademik Perguruan Islam Al Izhar
Pondok Labu Jakarta ini, yaitu menyuburkan kembali kegiatan lompat tali
terutama di sekolah-sekolah. Bukan apa-apa, selain menyenangkan, permainan ini
tak banyak memakan waktu, murah, dan menyehatkan. Jadi cocok untuk mengisi waktu
senggang para murid ketimbang mereka main lari-larian tanpa tujuan. Salah satu
cara yang diimbau Anggani dengan memberi kesempatan anak untuk main lompat tali
di waktu istirahat. Atau saat ada pertemuan siswa, lakukan perlombaan lompat
tali sehingga para murid makin bergairah memainkannya.
Anggani menjabarkan beberapa
perkembangan anak yang dapat distimulasi dengan permainan lompat tali ini:
Motorik
kasar
Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh.
Dengan bermain lompat tali motorik kasar akan terstimulasi sehingga secara
fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat
yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan tersendiri.
Lama-kelamaan, bila sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan,
tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih.
Lompat tali juga dapat membantu mengurangi kejadian obesitas pada anak.
Emosi
Untuk melakukan suatu lompatan
dengan tinggi tertentu dibutuhkan keberanian dari si anak. Berarti, secara
emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar; mau melakukan tindakan
melompat atau tidak.
Ketelitian dan Akurasi
Anak juga belajar melihat suatu
ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat
melompat sedemikian rupa sehingga tak sampai terjerat tali dengan berusaha
mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus
melompat.
Sosialisasi
Untuk bermain tali secara
berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk
bersosialisasi. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan, dan
lainnya.
Intelektual
Saat melakukan lompatan, terkadang
anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah
yang telah ditentukan dalam aturan permainan. Umpamanya, anak harus melakukan
tujuh kali lompatan saat tali diayunkan. Bila lebih atau kurang, ia harus
menjadi pemegang tali.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar